Apakah aku pernah befikir tentang apa yang aku lakukan?
Apakah aku pernah berfikir dampak dari apa yang aku lakukan?
Apakah aku pernah berfikir kenapa aku melakukannya?
Apakah aku pernah berfikir itu berpengaruh terhadap diriku?
Padahal aku disini bukan untuk itu. Padahal itu semua berpengaruh pada jalanan yang aku lewati. Mungkin jalan telihat begitu indah, namun langkah sering terpeleset, itu mungkin karena kata pepatah “Apa yang terlihat oleh mata itu tidak benar”. Mungkin seseorang ingin memberitahu kepada kita tentang itu, namun kita tidak peduli, dan tidak akan mau peduli. Itu karena kita terlalu egois tentang hidup, padahal hidup itu perlu pelajaran.
Kenapa kita tidak belajar dari orang yang tahu?
Kenapa kita masih bersifat egois?
Apakah kita mau menanggung derita yang tak terkira akibat kita egois?
Itu terserah kita karena kata pepatah “Apa yang kau tanam, maka itu yang akan kau panen”. Kita tidak mesti menyalahkan orang lain, karena kita sendiri yang melakukannya, bukan orang lain. Itu semua tidak bias disalahkan, karena manusia selalu dipenuhi dengan ketergesa-gesaan tanpa memikirkan apa dampak dari prilakunya itu. Dan maanusia itu tidak pernah sabar, dan jarang sekali mengingat TuhanNya, padahal telah disebutkan dalam kitab bahwa “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling mengingatkan atau berpesan dengan kebenaran dan saling mengingatkan atau berpesan dengan kesabaran”.
Disini kita dapat lihat bahwa apabila kita ingin selamat, maka kita mesti sabar dalam segala hal baik untuk perkataan maupun perbuatan. Dan kita mesti meminta pendapat orang lain sebelum kita memutuskan sesuatu. Walaupun kata pepatah “Jangan biarkan orang lain mempengaruhi keputusan yang kau ambil, karena lima tahun kedepan, Anda lah yang menjalani keputusan itu, bukan orang lain”. Ini tidak berarti kita tidak boleh meminta pendapat orang lain, kita justru meminta pendapat orang lain sebagai bahan pertimbangan sebelum kita memutuskan dan keputusan tetap ada pada diri kita.
Maka berhati-hatilah dalam mengambil keputusan, karena dalam hidup ini tidak ada kata penyesalan. Orang yang menyesal adalah orang yang bodoh. Apakah kita temasuk orang yang bodoh? Tidak kan !!! Hidup ini tidak ada waktu untuk menyesal, karena waktu tidak akan pernah kembali walaupun hanya sedetik. Jika Anda dapat menarik kembali waktu Anda yang telah lewat, maka Anda punya waktu untuk menyesal. Tapi apakah itu mungkin? Maka gunakanlah waktu Anda dengan baik. Jangan digunakan untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya untuk kita.
Dalam hidup ini kita mesti jujur, karena kejujuran akan membawa kita pada kebaikan. Dan kenapa orang masih saja tidak jujur, bukankah itu sama saja tidak jujur pada diri sendiri. Orang bodoh adalah orang yang tidak jujur pada diri sendiri. Kenapa kita masih melakukannya? Apakah kita temasuk orang yang bodoh? Apakah kita tidak punya waktu untuk memikirkan tentang hal itu. Dan membiarkan waktu kita terbuang begitu saja. Ataukah kita punya banyak waktu? Padahal waktu kita hanya 24 jam sehari semalam, tidak lebih dan tidak kurang. Apakah kita masih berfikir kita mempunyai banyak waktu? Atau apakah kita mempunyai waktu lebih dari 24 jam sehari semalam. Ini berarti Tuhan tidak adil, padahal Tuhan itu Maha Adil, kita diberi waktu semuanya sama.
Mungkin ini merupakan tabiat dari manusia itu sendiri! Dan kenapa kita tidak merubahnya sendiri? Bukankah sudah disebutkan dalan Kitab bahwa “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu sendiri yang merubahnya”. Apakah kita mengingkari hal itu? Sehingga kita masih saja tidak berubah dan memperbaiki diri. Bukankah itu merupakan pedoman kita dalam menjalani hidup? Ini tidak akan berarti tanpa kita perbuat. Semuanya kembali kepada kita, kita sendiri yang menentukan jalan yang akan kita tempuh dan warna yang ada dalam hidup kita. Jangan salahkan siapa-siapa, tanya pada diri sendiri. Sekarang pilihan ada di tangan Anda. Silahkan pilih sendiri dan tentukan sendiri jalan dan warna yang akan Anda tempuh.
Apakah aku pernah berfikir dampak dari apa yang aku lakukan?
Apakah aku pernah berfikir kenapa aku melakukannya?
Apakah aku pernah berfikir itu berpengaruh terhadap diriku?
Padahal aku disini bukan untuk itu. Padahal itu semua berpengaruh pada jalanan yang aku lewati. Mungkin jalan telihat begitu indah, namun langkah sering terpeleset, itu mungkin karena kata pepatah “Apa yang terlihat oleh mata itu tidak benar”. Mungkin seseorang ingin memberitahu kepada kita tentang itu, namun kita tidak peduli, dan tidak akan mau peduli. Itu karena kita terlalu egois tentang hidup, padahal hidup itu perlu pelajaran.
Kenapa kita tidak belajar dari orang yang tahu?
Kenapa kita masih bersifat egois?
Apakah kita mau menanggung derita yang tak terkira akibat kita egois?
Itu terserah kita karena kata pepatah “Apa yang kau tanam, maka itu yang akan kau panen”. Kita tidak mesti menyalahkan orang lain, karena kita sendiri yang melakukannya, bukan orang lain. Itu semua tidak bias disalahkan, karena manusia selalu dipenuhi dengan ketergesa-gesaan tanpa memikirkan apa dampak dari prilakunya itu. Dan maanusia itu tidak pernah sabar, dan jarang sekali mengingat TuhanNya, padahal telah disebutkan dalam kitab bahwa “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling mengingatkan atau berpesan dengan kebenaran dan saling mengingatkan atau berpesan dengan kesabaran”.
Disini kita dapat lihat bahwa apabila kita ingin selamat, maka kita mesti sabar dalam segala hal baik untuk perkataan maupun perbuatan. Dan kita mesti meminta pendapat orang lain sebelum kita memutuskan sesuatu. Walaupun kata pepatah “Jangan biarkan orang lain mempengaruhi keputusan yang kau ambil, karena lima tahun kedepan, Anda lah yang menjalani keputusan itu, bukan orang lain”. Ini tidak berarti kita tidak boleh meminta pendapat orang lain, kita justru meminta pendapat orang lain sebagai bahan pertimbangan sebelum kita memutuskan dan keputusan tetap ada pada diri kita.
Maka berhati-hatilah dalam mengambil keputusan, karena dalam hidup ini tidak ada kata penyesalan. Orang yang menyesal adalah orang yang bodoh. Apakah kita temasuk orang yang bodoh? Tidak kan !!! Hidup ini tidak ada waktu untuk menyesal, karena waktu tidak akan pernah kembali walaupun hanya sedetik. Jika Anda dapat menarik kembali waktu Anda yang telah lewat, maka Anda punya waktu untuk menyesal. Tapi apakah itu mungkin? Maka gunakanlah waktu Anda dengan baik. Jangan digunakan untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya untuk kita.
Dalam hidup ini kita mesti jujur, karena kejujuran akan membawa kita pada kebaikan. Dan kenapa orang masih saja tidak jujur, bukankah itu sama saja tidak jujur pada diri sendiri. Orang bodoh adalah orang yang tidak jujur pada diri sendiri. Kenapa kita masih melakukannya? Apakah kita temasuk orang yang bodoh? Apakah kita tidak punya waktu untuk memikirkan tentang hal itu. Dan membiarkan waktu kita terbuang begitu saja. Ataukah kita punya banyak waktu? Padahal waktu kita hanya 24 jam sehari semalam, tidak lebih dan tidak kurang. Apakah kita masih berfikir kita mempunyai banyak waktu? Atau apakah kita mempunyai waktu lebih dari 24 jam sehari semalam. Ini berarti Tuhan tidak adil, padahal Tuhan itu Maha Adil, kita diberi waktu semuanya sama.
Mungkin ini merupakan tabiat dari manusia itu sendiri! Dan kenapa kita tidak merubahnya sendiri? Bukankah sudah disebutkan dalan Kitab bahwa “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu sendiri yang merubahnya”. Apakah kita mengingkari hal itu? Sehingga kita masih saja tidak berubah dan memperbaiki diri. Bukankah itu merupakan pedoman kita dalam menjalani hidup? Ini tidak akan berarti tanpa kita perbuat. Semuanya kembali kepada kita, kita sendiri yang menentukan jalan yang akan kita tempuh dan warna yang ada dalam hidup kita. Jangan salahkan siapa-siapa, tanya pada diri sendiri. Sekarang pilihan ada di tangan Anda. Silahkan pilih sendiri dan tentukan sendiri jalan dan warna yang akan Anda tempuh.
Selamat memilih ……!!!!
Semoga beruntung !!!
Semoga beruntung !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar